Jiwa Pancasila

Tema : Kebijaksanaan

Oleh : Eza Azerila

_

Pondok Pancasila – Pengantar

Alat-alat inderawimu itu bagian terluar darimu. Mata melihat benda-benda. Membedakan warna-warna. Hidung mencium aneka aroma. Telinga mendengar ragam suara. Lidah mencecap berbagai rasa. Sentuhan merasakan kekasaran dan kelembutan. Dsb.

Jiwamu yang lebih tinggi adalah jiwa imajinasi. Dengannya, kamu dapat membayangkan semua bentuk, pola, rasa, warna, skala, kecuali massa. Alam jiwa ini lebih halus dan lebih luas dari alam fisik-materi-inderawi.

Yang lebih tinggi dari kedua alam itu adalah alam akal. Alam ini dapat menangkap konsep-konsep. Memahami sesuatu yang tak bervolume. Tak berbentuk. Tak ada rasa. Tak berwarna.

_

Saat kamu membaca huruf-huruf kitab suci, melihat rumah ibadah, menjalani ritual-ritual agama, semua itu kamu alami di alam fisik. Saat itu kamu beragama di level jiwa inderawimu. Jiwa terluarmu. Jiwa paling permukaan. Jiwa kasar dan kasat.

Di alam ini kamu melihat perbedaan bentuk, perbedaan cara, perbedaan pola, perbedaan simbol, perbedaan atribut dst. Mereka yang beragama di alam ini pusing melihat perbedaan. Galau melihat aneka cara ritual dan seremonial agama-agama.

Perbedaan menjadi pusat perhatiannya. Saling klaim menjadi tradisinya. Mencari pembenaran menjadi kegemarannya. Aksi-reaksi menjadi kebiasaannya. Beragama pada level inderawi ini yang mudah terprovokasi. Mudah diadu-domba. Mudah ditunggangi politik. Mudah digiring ke sana ke mari.

Beda mereka yang datang ke agama dengan alam imajinasinya. Dengan imajinasinya dia dapat membayangkan perpaduan. Dia melihat sisi persamaan. Baginya, ada banyak kesamaan dalam agama-agama. Sama-sama butuh pembimbing. Sama-sama perlu tempat ibadah yang khas. Sama-sama mengajarkan kebaikan. Sama-sama ingin meneladani kesempurnaan Tuhan. Dsb.

Lebih tinggi lagi mereka yang mendatangi agama dengan akal dan kesadaran. Mereka dengan akalnya melihat aspek agama yang tak dapat ditangkap oleh indera dan tak dapat dibayangkan oleh imajinasi. Akalnya melihat yang lebih halus lagi. Melihat yang tak berbentuk, tak berdimensi, tak berwarna. Tak beraroma. Tak bersuara. Tak ada rasa.

Pandangannya luas tak terbatas. Menembus skat-skat simbol dan atribut. Akalnya mengenal ilmu. Pengetahuan. Kebijaksanaan. Kebenaran. Keadilan. Belas kasih. Cinta. Kebahagiaan dan kedamaian.

Kesadaran ilmu melihat semua berasal , berujung dan bermula dari yang tunggal.

Asin, manis, pahit itu kata jiwa indera. Ah itu rasa kata jiwa imajinasi. Ya, kamu tidak dapat merasakan dan membedakan rasanya jika kamu tidak sadar, kata akal.

Kesadaran itu tunggal. Imajinasi itu himpunan. Indera pemilahan dan perbedaan.

Tahapan Pembentukan Jiwa Pancasila

Paket : Edukasi

Tema : Wawasan Gerakan

Oleh : Eza Azerila

karakter-bangsa

Pondok Pancasila – Siapapun merancang gerakan Pancasila yang kuat dan solid mesti merencanakan tahapan-tahapan kerja gerakan alamiah sebagai berikut, kecuali gerakan dirancang hanya sebatas cari massa instan mengambang.

  1. Sosialisasi : informasi, ide, gagasan, wawasan.
  2. Intimasi : pertemanan, penguatan hubungan ..
  3. Edukasi : pengajaran, pendidikan, pembinaan , penguatan karakterisasi nilai-nilai Pancasila ; ketuhanan , kemanusiaan, cinta bangsa dan negara, kebijaksanaan dan keadilan.
  4. Koordinasi : konsolidasi pelayanan kemanusiaan dalam kebhinnekaan.
  5. Organisasi : kreasi, produktifitas, efektifitas dan efisiensi..
  6. Delegasi : wewenang, pesan.

Pembinaan Kebangsaan

Paket : Edukasi

Oleh : Eza Azerila

Belajar

Problem mendasar kita adalah sumber daya manusia. Sumber daya yang lemah melahirkan bangsa lemah. Sumber daya kuat melahirkan bangsa kuat. Atas dasar alasan itu, Pondok Pancasila memfasilitasi komunitasnya dengan program-program yang membangunkan dan membangkitkan kesadaran.

 

Kesadaran apa ?

Kesadaran Pancasila ; ketuhanan, kemanusiaan, cinta persatuan, kebijaksanaan, dan keadilan.

 

Apa saja muatan materi yang diprogramkan ?

Dasar-dasar logika, epistemologi, dasar-dasar filsafat, kesadaran kepancasilaan, dan pengenalan diri.

 

Siapakah yang berhak ikut program Pancasila di Pondok Pancasila ?

Siapa saja yang masih menghargai akal, nurani, ideologi dan cinta kasih.